Orang buta tidak buta lagi…
“Aku
ingin melihat dunia!”
Itulah
jeritan teman-teman kita yang menderita karena kehilangan fungsi indera
penglihatannya. Mata merupakan organ tubuh yang sangat penting. Begitu pentingnya
sehingga ada ungkapan bahwa melalui mata kita dapat melihat kepribadian
seseorang. Eye is the window to the soul! Banyak yang menyatakan bahwa
mata tidak pernah bisa berbohong. Mata benar-benar merupakan jendela untuk
melihat ke dalam diri dan jiwa manusia. Dan bukan itu saja! Mata juga merupakan
jendela yang memungkinkan kita bisa melihat berbagai keindahan dunia ini. Lalu
bagaimana kalau indera penglihatan kita itu rusak? Hilang jugakah harapan kita
untuk terus menikmati warna-warni dunia?
Mata kita menjalani serangkaian
proses untuk dapat melihat. Proses ini mirip dengan proses yang terjadi dalam
sebuah kamera saat digunakan untuk memotret. Gelombang cahaya masuk melewati
sejumlah lensa kamera yang kemudian memfokuskan gambar yang kita potret serta
memproyeksikannya ke permukaan film. Pada mata kita, yang berfungsi sebagai
film adalah retina. Saat mata kita melihat suatu benda, mata kita menerima
cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut. Cahaya masuk melalui lensa mata
yang memfokuskan gambar dan memproyeksikannya ke retina yang terletak di
belakang (Gambar 1). Retina merupakan lapisan sel-sel yang sangat sensitif
terhadap cahaya. Bagian retina yang dapat menerima dan meneruskan detil-detil
gambar disebut macula. Macula tersusun dari lapisan-lapisan sel
yang dapat mengubah energi cahaya menjadi impuls elektrokimia. Informasi ini
kemudian dikirim ke syaraf optik yang akan meneruskannya ke otak yang kemudian
memprosesnya sehingga dapat mengenali gambar tersebut. Itulah cara kita melihat
sesuatu.
Sel-sel yang menyusun retina pada
mata kita terdiri dari sel-sel berbentuk batang (rod), kerucut (cone),
dan sel-sel ganglia. Total sel yang berbentuk batang dan kerucut bisa mencapai
jumlah 125 juta sel. Semuanya berfungsi sebagai sensor cahaya atau photoreceptor.
Rasio perbandingan rod dan cone bisa mencapai 18 banding 1 (rod
lebih banyak dari cone). Rod merupakan sel-sel yang paling
sensitif karena walaupun hanya ada sedikit cahaya (misalnya hanya ada satu
partikel foton) sel-sel ini masih tetap dapat mendeteksinya. Sel-sel ini juga dapat
memproduksi gambar hitam-putih tanpa memerlukan banyak cahaya. Cone baru
berfungsi saat ada cukup cahaya, misalnya saat siang hari atau saat kita sedang
menyalakan lampu yang terang di dalam ruangan. Cone berfungsi untuk memberikan
kita detil-detil obyek beserta warnanya. Informasi-informasi yang diterima
sel-sel rod dan cone ini kemudian dikirimkan ke sel-sel ganglia
(ada sekitar satu juta sel) dalam retina. Ganglia inilah yang kemudian
mengartikan informasi tersebut dan mengirimkannya ke otak dengan bantuan syaraf
optik. Gangguan penglihatan umumnya disebabkan rusaknya fungsi rod dan cone.
Kerusakan ini dapat berakibat buta sebagian sampai buta total. Kerusakan photoreceptor
ini (biasanya keturunan) disebut Retinitis Pigmentosa (RP). RP dapat
terjadi pada usia dini. Gangguan penglihatan lainnya yang juga sering terjadi
adalah menurunnya fungsi macula disebabkan usia tua atau dikenal sebagai
Age-related Macular Degeneration (AMD). Photoreceptor yang
mengalami degenerasi ini adalah retina bagian luar dan retina bagian dalam pada
macula. Setelah diteliti ternyata RD dan AMD sama sekali tidak
menyebabkan kerusakan pada ganglia maupun syaraf optik. Yang terserang hanya rod
dan cone. Ini berarti bahwa jika kita bisa mengembalikan fungsi rod
dan cone (sebagai photoreceptor) para penderita RD dan AMD
masih memiliki harapan untuk bisa melihat kembali.
Untuk mengembalikan fungsi rod dan
cone ini kita memerlukan suatu alat tambahan yang bisa mengambil alih
kerja rod dan cone. Ini berarti kita harus mengembangkan rod dan
cone sintetik (buatan manusia) yang dapat dimasukkan ke retina sehingga
dapat kembali mendeteksi cahaya yang masuk. Jika rod dan cone buatan
ini berfungsi dengan baik, sel-sel ganglia yang masih tetap sehat tersebut bisa
terus menjalankan fungsinya bersama syaraf optik untuk meneruskan informasi
yang didapatkan oleh photoreceptor buatan itu ke otak. Penderita RP dan
AMD yang tadinya buta sebagian ataupun buta total bisa mendapatkan penglihatannya
kembali. Padahal RP dan AMD merupakan penyebab utama kebutaan di negara-negara
berkembang. Sekitar 30 juta penduduk dunia menderita RP dan AMD. Sampai saat
ini belum ditemukan cara untuk menyembuhkan kerusakan sel-sel photoreceptor pada
penderita RP dan AMD ini.
Pada tahun 1988 Dr. Mark Humayun berhasil
mengejutkan dunia saat ia menunjukkan bahwa seorang yang buta dapat melihat
cahaya saat sel-sel ganglia pada retinanya diberi rangsangan listrik. Ini
berarti bahwa sel-sel ganglia benarbenar masih sehat dan dapat berfungsi dengan
normal walaupun photoreceptor sudah rusak. Jadi walaupun kita masih belum
bisa menemukan cara untuk menyembuhkan kerusakan sel-sel tersebut, kita masih
dapat memberikan harapan bagi para penderita RP dan AMD untuk dapat melihat
lagi dengan bantuan alat buatan yang bisa mengkonversi cahaya menjadi pulsa
listrik. Saat ini sudah ada dua macam alat berupa microchip yang sedang
dikembangkan. Yang pertama adalah Artificial Silicon Retina (ASR), dan
yang kedua adalah Artificial Retina Component Chip (ARCC).
ASR merupakan microchip yang
bentuknya seperti koin mungil dengan diameter 2 mm. Microchip yang
terbuat dari silikon ini lebih tipis dari sehelai rambut manusia. Ukuran
mikroskopik ini sangat penting karena chip mungil ini harus bisa
diselipkan pada retina tanpa merusak bagian-bagian lain pada mata. Ada dua
syarat lain yang juga sangat penting dan harus dipenuhi chip mungil ini.
Yang pertama adalah harus tersedianya sumber tenaga yang kontinu (terusmenerus)
supaya chip dapat terus berfungsi dan mengembalikan penglihatan. Pada ASR
sumber tenaganya berasal dari cahaya (misalnya cahaya matahari) yang masuk ke
mata. Dengan demikian chip ini tidak lagi membutuhkan peralatan tambahan
sebagai sumber energinya. Syarat yang kedua, chip ini harus cocok dengan
jaringan-jaringan lain yang terdapat di mata (harus bersifat biocompatible)
sehingga tidak menyebabkan terjadinya penolakan yang bisa berakibat fatal. Untuk
dapat memasang chip ini para dokter bedah mata harus membuat sayatan kecil
di lapisan retina bagian luar (Gambar 2) pada daerah macula. ASR
kemudian dimasukkan sebagai implant di sayatan tersebut. ASR mengandung
sekitar 3.500 sel mikroskopik yang bisa berfungsi seperti rod dan cone.
ARCC merupakan microchip yang
juga terbuat dari bahan silikon yang sangat mirip dengan ASR. Luas permukaan chip
ini sekitar 2 mm2, dengan ketebalan 0,02
mm. ARCC mengandung sel-sel photoreceptor yang langsung aktif saat ada
cahaya yang masuk ke mata. Chip ini dipasang sebagai implant di bagian
atas retina (tidak di tengah-tengah lapisan retina seperti ASR). Kedua alternatif
microchip ini sama-sama menjanjikan kembalinya penglihatan,
setidaknya
kemampuan untuk melihat hitam dan putih (bukan detil warna). Chip mana
pun yang dipilih oleh penderita yang tadinya sudah hampir kehilangan penglihatannya
pasti dapat membantu mengembalikan harapan mereka untuk kembali melihat
dunia. (Yohanes Surya)
0 comments:
Post a Comment