Cahaya membawaku ke bulan
Cahaya
membawaku ke bulan? Lebih tepatnya sinar laser membawaku ke bulan! Karena
pesawat dengan teknologi baru ini memanfaatkan sinar laser untuk mengangkatnya
ke udara dan terbang menuju luar angkasa.
Cahaya merupakan energi yang menyertai
dari proses perpindahan elektron dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat
energi yang lebih rendah (kembalinya elektron yang sudah tereksitasi ke
tempatnya semula). Elektron tersebut berada dalam keadaan tereksitasi karena
diberikan energi (misalnya energi panas). Untuk kembali ke keadaan awalnya
energi tersebut harus dilepaskan kembali (dilepaskan dalam bentuk energi
cahaya). Sinar LASER (Light Amplification by Stimulated Emission of
Radiation) mempunyai karakteristik tersendiri: monokromatik (satu panjang
gelombang yang spesifik), koheren (pada frekuensi yang sama), dan menuju satu
arah yang sama sehingga cahayanya menjadi sangat kuat, terkonsentrasi, dan
terkoordinir dengan baik. Cahaya biasa (bukan sinar laser) memiliki panjang
gelombang yang berbeda-beda, dengan frekuensi berbeda-beda pula (incoherent
light) sehingga cahayanya termasuk cahaya yang lemah.
Untuk mendapatkan cahaya yang
monokromatik, koheren, terkonsentrasi, dan menuju satu arah yang sama diperlukan
teknologi yang dapat mengendalikan emisi cahaya. Bagaimana cara mengontrol emisi
cahaya ini? Dengan menggunakan bantuan cermin!
Pada Gambar 1 kita melihat dua buah cermin
yang diletakkan di kedua ujung batu ruby. Salah satu cermin dibuat half-silvered
(hanya memantulkan sebagian cahaya; sementara cahaya yang tidak dipantulkan
dapat menerobos keluar). Ruby diberi stimulasi energi (disinari dengan cahaya)
sehingga beberapa elektronnya tereksitasi. Kemudian elektron yang tereksitasi
ini berusaha kembali ke tingkat energi awal dengan melepaskan cahaya (foton).
Cahaya ini memantul-mantul pada permukaan cermin dan menyinari
elektron-elektron ‘tetangga’nya sehingga menyebabkan tereksitasinya para
elektron ‘tetangga’ tersebut. Elektronelektron ini kemudian juga mengemisikan cahaya
untuk kembali ke keadaan normalnya. Begitu seterusnya! Seperti reaksi berantai!
Sebagian cahaya berhasil menerobos
keluar dari half-silvered mirror. Sinar ini merupakan sinar yang
monokromatik, koheren, dan berfasa tunggal (single phase). Sinar inilah
yang kita kenal sebagai sinar laser.
Energi dari sinar laser inilah yang
digunakan untuk mengirimkan pesawat masa depan ke luar angkasa. Sinar laser
ditembakkan ke bagian bawah pesawat yang memiliki cermin berbentuk parabola (Gambar
2) yang berfungsi untuk menerima dan memfokuskan sinar laser. Sinar laser yang
sudah difokuskan tersebut kemudian memanaskan udara di sekitarnya sampai ‘meledak’
sehingga ledakannya ini dapat digunakan sebagai tenaga pendorong pesawat.
Sebelum lepas landas, pesawat yang
bentuknya unik ini diputar (menggunakan udara yang dikompresi) sampai 10.000
putaran per menit (10.000 rpm). Ini dimaksudkan untuk menstabilkan pesawat
secara giroskopik (seperti gasing yang stabil saat sedang berputar cepat) sehingga
mudah terangkat ke angkasa. Sesudah itu sinar laser dinyalakan dan diarahkan
pada pesawat super ringan ini. Pada pesawat mini (terbuat dari bahan aluminium
dengan diameter 12,2 cm) yang digunakan untuk ujicoba, sinar yang digunakan
adalah sinar laser yang dihasilkan oleh karbon dioksida, dengan kekuatan 10 kW
dan berpulsasi pada frekuensi 25-28 Hz. Pulsa sinar laser ini dapat menjaga
pesawat untuk tetap terangkat di udara. Energi dari sinar laser yang difokuskan
oleh cermin parabola ini kemudian memanaskan udara yang berada di ruangan
absorpsi di bagian bawah pesawat. Udara di dalam ruang absorpsi ini merupakan
udara di sekitar pesawat yang diarahkan masuk sehingga dapat dipanaskan sampai temperature
10.000-30.000oC. Temperatur ini jauh lebih tinggi
dari temperatur pada permukaan matahari sehingga udara mengalami ekspansi dan
terkonversi menjadi plasma. Plasma yang super panas inilah yang kemudian
meledak dan mendorong pesawat pada kecepatan tinggi. Saat diujicoba pada bulan
Oktober 2000, pesawat mini yang massanya hanya 50 gram itu berhasil mencapai
ketinggian maksimum 71 meter. Untuk mengirimkan sebuah pesawat luar angkasa
yang massanya 1 kg
(terbuat
dari bahan silikon karbida) dibutuhkan sinar laser dengan kekuatan 1 MW. Sinar
laser sekuat itu mampu mengirimkan pesawat untuk mencapai orbit yang tidak
terlalu tinggi. Untuk mengirimkan pesawat menuju orbit yang lebih jauh lagi dibutuhkan
laser yang lebih kuat lagi (bisa mencapai 1 GigaWatt). Karena itu teknologi
sinar laser merupakan kunci utama pengembangan lightcraft yang canggih
ini. Selain itu pesawat juga harus dilengkapi dengan cadangan hydrogen (sedikit
saja) untuk digunakan saat pesawat melewati lapisan atmosfer yang kandungan
udaranya sangat sedikit atau saat mencapai kecepatan 5,5 kali kecepatan suara.
Pesawat futuristik ini tidak perlu membawa laser selama meluncur di udara.
Sumber sinar laser tetap berada di bumi sehingga tidak menambah berat beban
yang harus dibawa pesawat. Rancangan
lainnya melibatkan sebuah stasiun penghasil sinar laser (laser power station)
yang ditempatkan di luar angkasa (mengorbit di luar angkasa). Karena itulah pesawat
ini menjadi sangat ringan dan dapat ‘dilemparkan’ oleh sinar laser ke luar
angkasa dengan sangat mudah. Selain ringan dan cepat, pesawat ini juga sangat
ramah lingkungan karena sama sekali tidak menghasilkan polusi.
Ada variasi lain dari teknologi yang
memanfaatkan cahaya untuk misi luar angkasa ini. Kali ini cahaya tidak digunakan
sebagai tenaga pendorong pesawat, tetapi justru digunakan untuk menarik pesawat
ke angkasa. Karena digunakan untuk menarik pesawat, sumber cahayanya tidak
berasal dari bumi, melainkan dari stasiun yang mengorbit di luar angkasa. Stasiun
luar angkasa ini memiliki diameter 1 km dan mampu menghasilkan tenaga sampai 20
GigaWatt. Cahaya yang digunakan untuk menghasilkan energi adalah cahaya
matahari yang ditangkap oleh stasiun luar angkasa tadi. Di stasiun luar angkasa
tersebut cahaya matahari yang berhasil ditangkap kemudian dikonversi menjadi
gelombang mikro (microwave) yang nantinya dikirimkan ke pesawat yang
berada di bumi. Pesawat ini memiliki ribuan rectenna (rectifying
antenna) yang berjajar di permukaan atas pesawat dan berfungsi untuk
menangkap gelombang mikro tersebut dan mengubahnya menjadi energi listrik.
Teknik ini mirip dengan teknik tractor beam yang digunakan dalam film
fiksi ilmiah Star Trek.
Pesawat yang ditarik dari angkasa
ini memiliki diameter yang jauh lebih besar dari pesawat yang menggunakan sinar
laser untuk mendorongnya terbang. Ini disebabkan banyaknya rectenna yang
dibutuhkan untuk menerima gelombang mikro yang dikirimkan stasiun luar angkasa
tadi. Pesawat yang disebut microwave lightcraft ini berbentuk
seperti piring terbang (flying saucer) yang selama ini dibayangkan
sebagai UFO (Unidentified Flying Object) atau pesawat tak dikenal yang
membawa makhluk asing ke bumi.
Saat hendak lepas landas, listrik
yang dihasilkan dari konversi gelombang mikro digunakan untuk mengionisasi
udara sehingga pesawat bisa terangkat. Saat itu udara di sekitar pesawat
dipanaskan sehingga pesawat bisa melewati kecepatan suara. Kecepatan maksimum pesawat
bisa mencapai 50 kali kecepatan suara! Pesawat yang bisa menyaingi kepopuleran
UFO ini dilengkapi dengan dua magnet berkekuatan super. Pada kecepatan
hipersonik ini sebagian energi gelombang mikro yang berhasil ditangkap oleh rectenna
digunakan juga untuk kedua magnet tadi (mesin elektromagnetik). Mesin elektromagnetik
ini digunakan untuk mempercepat partikel-partikel udara yang mengalir di
sepanjang pesawat (slip stream). Dengan mempercepat slip stream pesawat
canggih ini dapat terbang pada kecepatan hipersonik tanpa menghasilkan sonic
boom (ledakan sonik). Ini berarti pesawat yang mirip UFO ini dapat meluncur
dengan tenang tanpa suara sedikitpun. (Yohanes Surya)
0 comments:
Post a Comment