Berlayar
kok di luar angkasa? Bagaimana caranya? Apakah di luar angkasa yang sepi dan
gelap itu ada cukup angin yang dapat mengembangkan layar seperti angin laut
yang mengembangkan layar dan mengarahkan kapal-kapal laut? Nah, di sinilah
kunci utamanya! Menurut fisika, berlayar di luar angkasa tidak mustahil! Tetapi
konsep yang digunakan berbeda dengan konsep berlayar menggunakan kapal laut. Di
luar angkasa yang luas itu, ‘kapal layar’ tidak mengembang dan meluncur dengan
bantuan angin. Ada sesuatu yang lain yang membantu pelayaran di dunia asing
ini.
Satu perbedaan utama terletak pada
layar yang digunakan. Kapal laut selalu menggunakan layar yang terbuat dari bahan
kain yang cukup kuat untuk menerima terpaan angin selama berlayar. ‘Kapal layar
luar angkasa’ justru menggunakan layar yang terbuat dari cermin! Kapal yang
mengambang di ruang angkasa ini sama sekali tidak tergantung dari angin, tetapi
justru sangat tergantung oleh cahaya yang dipancarkan oleh matahari. Karena
itulah layar ini mendapat julukan solar sail (solar = matahari, sail
= layar). Mau tahu cara kerja solar sail?
Ada tiga hal yang sangat dibutuhkan
supaya pesawat luar angkasa yang menggunakan solar sail bisa mengarungi jagad raya
dengan mulus. Yang pertama dan yang paling utama adalah sinar matahari. Yang
kedua adalah cermin yang sangat besar (luasnya bisa sebesar luas lapangan sepak
bola!) tetapi sangat tipis. Yang ketiga adalah roket yang bisa digunakan untuk
melemparkan pesawat ke orbit di luar angkasa. Sesudah diluncurkan dan berhasil
keluar dari atmosfer bumi, roket ini dilepaskan sehingga pesawat bisa melayang
sendiri dengan layarnya yang unik. Layar ini adalah cermin yang sangat luas
tadi. Di luar angkasa, cahaya matahari dapat menyerbu cermin itu (Gambar 1).
Sinar-sinar kuning pada Gambar 1
merupakan sinar matahari, sedangkan panahpanah biru menunjukkan
lintasan-lintasan orbit pesawat. Panah merah menunjukkan arah gerak pesawat dan
perubahannya akibat gaya tekan sinar matahari terhadap solar sail (cermin
raksasa). Gambar 1-1 menunjukkan bahwa saat cermin berada pada posisi paralel
dengan arah sinar matahari, Disini tidak ada perubahan arah gerak, solar sail
tetap pada orbitnya. Ini mirip dengan bumi yang tidak kenal lelah mengorbit
mengelilingi matahari. Jika kita mengubah posisi cermin menjadi tegak lurus
terhadap serbuan sinar matahari (Gambar 1-2), gaya tekan sinar matahari
menyebabkan pesawat terdorong (dipercepat) menjauhi matahari (Gambar 1-3)
sehingga pesawat mengelilingi matahari pada orbit baru (lingkaran biru yang
besar). Jika posisi cermin diubah lagi sehingga sinar matahari menerpa bagian
belakang cermin pada sudut tertentu (Gambar 1-4), tekanan yang dirasakan solar
sail menjadi kecil (pesawat diperlambat) sehingga pesawat seakan
ditarik
mendekati matahari (orbitnya pindah lagi ke lingkaran yang kecil).
Wah, bukankan itu berarti pesawat
luar angkasa ini dikemudikan oleh sinar matahari? Tepat sekali! Posisi dan arah
solar sail terhadap sinar matahari sangat mempengaruhi kecepatan dan pergerakannya
di luar angkasa. Karena matahari tidak pernah berhenti bersinar, pasokan energi
bagi pesawat pun semakin lama semakin banyak. Pesawat ini tidak membutuhkan
bahan bakar karena bahan bakarnya adalah sinar matahari yang terus-menerus
mendorongnya di luar angkasa. Semakin lama diserbu oleh sinar matahari (semakin
banyak tekanan yang diterima cermin) semakin besar pula percepatan (dorongan)
yang dihasilkan. Itulah sebabnya cermin yang digunakan sebagai layar harus
berukuran super besar (Gambar2)!
Semakin besar luas permukaan cermin,
semakin banyak pula sinar matahari yang bisa diterima dan digunakan untuk
mendorong pesawat luar angkasa masa depan ini. Inilah alasan utama NASA (National
Aeronautics and Space Administration) mulai mengembangkan teknologi
solar sail ini. Dengan menggunakan solar sail, pesawat luar angkasa yang
dikirim untuk menjelajahi jagad raya yang sangat luas ini tidak lagi membutuhkan
bahan bakar yang berat dan mahal seperti halnya pesawat luar angkasa yang
selama ini digunakan. Ini merupakan penghematan yang luar biasa. Bahan bakar
selalu merupakan masalah utama semua misi NASA di luar angkasa. Semakin jauh
jarak yang ingin dicapai pesawat luar angkasa konvensional, semakin banyak
bahan bakar yang dibutuhkan untuk meluncurkannya. Semakin banyak bahan bakar,
semakin besar ukuran pesawat yang dibutuhkan untuk menyimpannya. Ini berarti
semakin berat pula beban yang harus dibawa pesawat. Semakin berat bebannya,
semakin banyak bahan bakar yang dibutuhkan. Dengan kata lain, semakin mahal
biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan misi-misi ke luar angkasa ini! Dengan
solar sail, pemakaian bahan bakar bisa dihilangkan sehingga pesawat pun lebih
kecil dan lebih ringan. Atau, dengan berat dan ukuran pesawat yang sama, ada
lebih banyak peralatan yang bisa dibawa karena ada banyak ruang yang dapat
ditempati. Ini berarti penelitian bisa dilakukan dengan lebih efisien. Misi ke
luar angkasa pun bisa mencapai jarak yang selama ini hanya bisa dimimpikan
manusia. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai jarak yang sangat jauh pun bisa
dipersingkat karena sinar matahari dapat mendorong pesawat sampai kecepatan
lima kali lebih besar dari kecepatan roket konvensional. Bahkan pesawat yang
menggunakan solar sail memang dikhususkan untuk menjalankan Deep Space
Misions (petualangan menuju daerah yang sangat jauh, bahkan mencapai galaksi
dan tatasurya lain).
Karena sangat tergantung pada sinar
matahari, solar sail tidak bisa langsung meluncur sendiri dari bumi dan melesat
ke luar angkasa begitu saja. Itulah sebabnya diperlukan roket yang bisa
meluncurkannya ke luar angkasa untuk mencapai posisi yang ideal untuk mulai
menerima serangan cahaya matahari. Bahan-bahan konstruksi yang digunakan pun
harus super ringan supaya sinar matahari dapat mendorong pesawat dengan lebih
mudah. Bahan-bahan yang super ringan tetapi super kuat ini sedang gencar
dikembangkan menggunakan nanoteknologi. Inilah sebabnya NASA begitu antusias
akan perkembangan nanoteknologi. Dengan nanoteknologi, kita bisa membuat
material yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan keinginan kita karena
kita bisa menyusunnya atom per atom. Karena itu, jika kita menginginkan material
yang setipis satu helai rambut, tetapi memiliki kekuatan 100 kali lebih kuat
dari baja, nanoteknologi dapat menyediakannya untuk kita. Karakteristik optik
cermin yang digunakan pun bisa ditingkatkan karena kita bisa merancang struktur
atom yang menyusun cermin itu supaya sesuai dengan kebutuhan kita.
Pesawat luar angkasa masa depan yang
dilengkapi solar sail ini akan menjadi mata bagi kita yang ingin mengintip jagad
raya ini. Pesawat ini akan dilengkapi dengan berbagai kamera, peralatan elektronika,
alat komunikasi, dan komputer yang sangat canggih sehingga dapat merekam dan
melaporkan hasil intipannya itu kembali ke bumi. Para peneliti yang terus
memantau perjalanan pesawat ini pun dapat ikut menikmati semua yang berhasil
direkam oleh kamera-kamera tadi sepanjang perjalanan pesawat menembus galaksi,
tanpa perlu khawatir bahwa pesawat akan kehabisan energi. (Yohanes Surya).
0 comments:
Post a Comment